Bank Dunia (World Bank) sepakat memberikan bantuan sebesar 700 juta dolar AS untuk Sri Lanka yang tengah dilanda krisis ekonomi. Dari jumlah tersebut, sekitar 500 juta dolar AS akan dialokasikan untuk dukungan anggaran, sedangkan 200 juta dolar AS sisanya akan digunakan untuk dukungan kesejahteraan bagi mereka yang paling terpukul oleh krisis. “Melalui pendekatan bertahap, strategi Kelompok Bank Dunia berfokus pada stabilisasi ekonomi awal, reformasi struktural, dan perlindungan masyarakat miskin dan rentan,” kata Faris Hadad Zervos, Direktur Bank Dunia untuk Sri Lanka.
“Jika dipertahankan, reformasi ini dapat mengembalikan negara ke jalur menuju pembangunan yang hijau, tangguh, dan inklusif,” sambungnya. Sri Lanka kini sedang berjuang dengan krisis keuangan terburuk sejak kemerdekaannya dari Inggris pada 1948 setelah devisa negara mencapai rekor terendah dan memicu gagal bayar utang luar negeri pertama tahun lalu. Pada Maret lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) menyetujui pemberian dana talangan hampir 3 miliar dolar AS yang diharapkan Sri Lanka akan membawa dana tambahan hingga 4 miliar dolar AS dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan lembaga multilateral lainnya.
Jokowi Kritik Jalan Rusak di Jateng, Gibran: Tapi Solo Halus, Ganjar: Presiden Puji Saya Kala Itu! Pesta Kembang Api Guyur Kemeriahan Malam Tahun Baru 2024 di Kota Ba'a Peresmian Dijadwalkan 24 Januari, Pembangunan Bandara Singkawang Sudah 97 Persen
Niat Paman Ajak Jalan jalan saat Malam Tahun Baru Sirna, Keponakan Ditemukan Dalam Kondisi Tragis KUNCI JAWABAN Tema 6 Kelas 6 Halaman 101 dan 102 Tematik SD Bacaan Dampak Pelaksanaan Tanggung Jawab Halaman all Jika Terpilih di Pilpres 2024, Prabowo Gibran Pastikan Jalan Tol Mengwi Gilimanuk Jalan Terus
Kapolda Kalbar Beri Penghargaan Kepada 45 Personel dan Beri Hukuman PTDH 6 Personel Kunci Jawaban PAI Kurikulum Merdeka Kelas 5 SD Halaman 152 153 154, Bab 6: Ayo Berlatih Halaman all Negara kepulauan itu juga akan merilis program restrukturisasi utang dalam negeri pekan ini untuk mendorong pengerjaan ulang utangnya dengan pemegang obligasi dan kreditur bilateral termasuk China, Jepang, dan India.